INOVASI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB
A. Muqaddimah
Belajar Bahasa
Arab (asing) berbeda dengan belajar bahasa ibu, oleh karena itu prinsip dasar
pengajarannya harus berbeda, baik menyangkut metode (model pengajaran), materi
maupun proses pelaksanaan pengajarannya. Bidang keterampilan pada penguasaan
Bahasa Arab meliputi :
1. Kemampuan
menyimak (listening competence/mahaarah al– Istima’)
2. Kemampuan
berbicara (speaking competence/mahaarah al-kalaam)
3. Kemampuan membaca
(reading competence/mahaarah al-qira’ah)
4. Kemampuan menulis
(writing competence/mahaarah al - Kitaabah).
Setiap anak
manusia pada dasarnya mempunyai kemampuan untuk menguasai setiap bahasa,
walaupun dalam kadar dan dorongan yang berbeda. Adapun diantara
perbedaan-perbedaan tersebut adalah tujuan-tujuan pengajaran yang ingin
dicapai, kemampuan dasar yang dimiliki, motivasi yang ada di dalam diri dan
minat serta ketekunannya.
1.Tujuan Pengajaran Belajar bahasa ibu (bahasa bawaan -edt)
merupakan tujuan yang hidup, yaitu sebagai alat komunikasi untuk mencapai
sesuatu yang diinginkan dalam hidupnya, oleh karena itu motivasi untuk
belajarnya sangat tinggi. Sementara itu belajar bahasa asing, seperti bahasa
Arab (bagi non Arab), pada umunya mempunyai tujuan sebagai alat komunikasi dan
ilmu pengetahuan (kebudayaan). Namun bahasa asing tidak dijadikan sebagai
bahasa hidup sehari-hari, oleh karena itu motivasi belajar Bahasa Arab lebih
rendah daripada bahasa ibu. Padahal besar kecilnya motivasi belajar Bahasa Arab
mempengaruhi hasil yang akan dicapai.
2.Kemampuan dasar yang dimiliki Ketika anak kecil belajar
bahasa ibu, otaknya masih bersih dan belum mendapat pengaruh bahasa-bahasa
lain, oleh karena itu ia cenderung dapat berhasil dengan cepat. Sementara
ketika mempelajari Bahasa Arab, ia telah lebih dahulu menguasai bahasa ibunya,
baik lisan, tulis, maupun bahasa berpikirnya. Oleh karena itu mempelajari
bahasa Arab tentu lebih sulit dan berat, karena ia harus menyesuaikan sistem
bahasa ibu kedalam sistem bahasa Arab, baik sistem bunyi, struktur kata,
struktur kalimat maupun sistem bahasa berpikirnya.
B. Prinsip-prinsip dalam
Pembelajaran Bahasa Arab (asing)
Ada lima prinsip dasar dalam pengajaran bahasa Arab asing, yaitu prinsip prioritas dalam proses penyajian, prinsip koreksitas dan umpan balik, prinsip bertahap, prinsip penghayatan, serta korelasi dan isi;
a. Prinsip prioritas
Dalam pembelajaran Bahasa Arab, ada prinsip-prinsip
prioritas dalam penyampaian materi pengajaran, yaitu; pertama, mengajarkan,
mendengarkan, dan bercakap sebelum menulis. Kedua, mengakarkan kalimat sebelum
mengajarkan kata. Ketiga, menggunakan kata-kata yang lebih akrab dengan
kehidupan sehari-hari sebelum mengajarkan bahasa sesuai dengan penutur Bahasa
Arab.
1) Mendengar dan berbicara terlebih dahulu daripada menulis.
Prinsip ini berangkat dari asumsi bahwa pengajaran bahasa
yang baik adalah pengajaran yang sesuai dengan perkembangan bahasa yang alami
pada manusia2, yaitu setiap anak akan mengawali perkembangan bahasanya dari
mendengar dan memperhatikan kemudian menirukan. Hal itu menunjukkan bahwa
kemampuan mendengar/menyimak harus lebih dulu dibina, kemudian kemampuan
menirukan ucapan, lalu aspek lainnya seperti membaca dan menulis. Ada beberapa
teknik melatih pendengaran/telinga,yaitu:
2) Guru bahasa asing (Arab) hendaknya mengucapkan kata-kata yang beragam,
baik dalam bentuk huruf maupun dalam kata. Sementara peserta didik menirukannya
di dalam hati secara kolektif.
3) Guru bahasa asing kemudian melanjutkan materinya tentang bunyi huruf
yang hampir sama sifatnya. Misalnya: ه – ح - ء - ع س– ش, ز – ذ dan
seterusnya.
4) Selanjutnya materi diteruskan dengan tata bunyi yang tidak terdapat di
dalam bahasa ibu (dalam hal ini bahasa indonesia, -edt) peserta didik,
seperti: خ, ذ, ث, ص, ض dan seterusnya.
Adapun dalam pengajaran pengucapan dan peniruan dapat menempuh langkah-langkah
berikut:
· Peserta didik dilatih untuk melafalkan huruf-huruf tunggal
yang paling mudah dan tidak asing, kemudian dilatih dengan huruf-huruf dengan
tanda panjang dan kemudian dilatih dengan lebih cepat dan seterusnya dilatih
dengan melafalkan kata-kata dan kalimat dengan cepat. Misalnya : بى, ب, با, بو dan seterusnya.
· Mendorong peserta didik ketika proses pengajaran menyimak
dan melafalkan huruf atau kata-kata untuk menirukan intonasi, cara berhenti,
maupun panjang pendeknya.
5) Mengajarkan kalimat sebelum mengajarkan bahasa
Dalam mengajarkan struktur kalimat, sebaiknya mendahulukan mengajarkan struktur kalimat/nahwu, baru kemudian masalah struktur kata/sharaf. Dalam mengajarkan kalimat/jumlah sebaiknya seorang guru memberikan hafalan teks/bacaan yang mengandung kalimat sederhana dan susunannya benar.
Dalam mengajarkan struktur kalimat, sebaiknya mendahulukan mengajarkan struktur kalimat/nahwu, baru kemudian masalah struktur kata/sharaf. Dalam mengajarkan kalimat/jumlah sebaiknya seorang guru memberikan hafalan teks/bacaan yang mengandung kalimat sederhana dan susunannya benar.
Oleh karena itu, sebaiknya seorang guru bahasa Arab dapat
memilih kalimat yang isinya mudah dimengerti oleh peserta didik dan mengandung
kalimat inti saja, bukan kalimat yang panjang (jika kalimatnya panjang
hendaknya di penggal – penggal). Contoh: اشتريت
سيارة صغيرة بيضاء مستعملة مصنوعة في اليا بان Kemudian dipenggal -
penggal menjadi :اشتريت سيارة اشتريت سيارة صغيرة
اشتريت سيارة صغيرة بيضاء Dan seterusnya..
b. Prinsip korektisitas (الدقة) Prinsip ini
diterapkan ketika sedang mengajarkan materi الأصوات (fonetik), التراكب (sintaksis), dan المعانى (semiotic).
Maksud dari prinsip ini adalah seorang guru bahasa Arab hendaknya jangan hanya
bisa menyalahkan pada peserta didik, tetapi ia juga harus mampu melakukan
pembetulan dan membiasakan pada peserta didik untuk kritis pada hal-hal
berikut: Pertama, korektisitas dalam pengajaran (fonetik). Kedua, korektisitas
dalam pengajaran (sintaksis). Ketiga, korektisitas dalam pengajaran (semiotic).
a.Korektisitas dalam pengajaran fonetik Pengajaran aspek keterampilan ini
melalui latihan pendengaran dan ucapan. Jika peserta didik masih sering
melafalkan bahasa ibu, maka guru harus menekankan latihan melafalkan dan
menyimak bunyi huruf Arab yang sebenarnya secara terus-menerus dan fokus pada
kesalahan peserta didik5. b.Korektisitas dalam pengajaran sintaksis Perlu
diketahui bahwa struktur kalimat dalam bahasa satu dengan yang lainnya pada
umumnya terdapat banyak perbedaan. Korektisitas ditekankan pada pengaruh
struktur bahasa ibu terhadap Bahasa Arab. Misalnya, dalam bahasa Indonesia
kalimat akan selalu diawali dengan kata benda (subyek), tetapi dalam bahasa Arab
kalimat bisa diawali dengan kata kerja ( فعل ). c.Korektisitas dalam pengajaran semiotik
Dalam bahasa Indonesia pada umumnya setiap kata dasar mempunyai satu makna
ketika sudah dimasukan dalam satu kalimat. Tetapi, dalam bahasa Arab, hampir
semua kata mempunyai arti lebih dari satu, yang lebih dikenal dengan istilah
mustarak (satu kata banyak arti) dan mutaradif (berbeda kata sama arti). Oleh
karena itu, guru bahasa Arab harus menaruh perhatian yang besar terhadap
masalah tersebut. Ia harus mampu memberikan solusi yang tepat dalam mengajarkan
makna dari sebuah ungkapan karena kejelasan petunjuk.
c. Prinsip Berjenjang ( التدرج) Jika dilihat
dari sifatnya, ada 3 kategori prinsip berjenjang, Yaitu: pertama, pergeseran
dari yang konkrit ke yang abstrak, dari yang global ke yang detail, dari yang
sudah diketahui ke yang belum diketahui. Kedua, ada kesinambungan antara apa
yang telah diberikan sebelumnya dengan apa yang akan ia ajarkan selanjutnya.
Ketiga, ada peningkatan bobot pengajaran terdahulu dengan yang selanjutnya,
baik jumlah jam maupun materinya.
a. Jenjang
Pengajaran mufrodat Pengajaran kosa kata hendaknya mempertimbangkan dari aspek
penggunaannya bagi peserta didik, yaitu diawali dengan memberikan materi kosa
kata yang banyak digunakan dalam keseharian dan berupa kata dasar. Selanjutnya
memberikan materi kata sambung. Hal ini dilakukan agar peserta didik dapat
menyusun kalimat sempurna sehingga terus bertambah dan berkembang kemampuannya.
b. Jenjang
Pengajaran Qowaid (Morfem) Dalam pengajaran Qowaid, baik Qowaid Nahwu maupun
Qowaid Sharaf juga harus mempertimbangkan kegunaannya dalam
percakapan/keseharian. Dalam pengajaran Qawaid Nahwu misalnya, harus diawali
dengan materi tentang kalimat sempurna (Jumlah Mufiidah), namun rincian materi
penyajian harus dengan cara mengajarkan tentang isim, fi’il, dan huruf.
c. Tahapan
pengajaran makna ( دلالة المعانى) Dalam mengajarkan makna kalimat atau
kata-kata, seorang guru bahasa Arab hendaknya memulainya dengan memilih
kata-kata/kalimat yang paling banyak digunakan/ditemui dalam keseharian meraka.
Selanjutnya makna kalimat lugas sebelum makna kalimat yang mengandung arti
idiomatic. Dilihat dari teknik materi pengajaran bahasa Arab,
tahapan-tahapannya dapat dibedakan sebagai berikut: pertama, pelatihan melalui
pendengaran sebelum melalui penglihatan. Kedua, pelatihan lisan/pelafalan
sebelum membaca. Ketiga, penugasan kolektif sebelum individu. Langkah-langkah
aplikasi ( الصلابة والمتا نة) Ada delapan langkah yang diperlukan agar teknik diatas
berhasil dan dapat terlaksana, yaitu:
1) Memberikan
contoh-contoh sebelum memberikan kaidah gramatika, karena contoh yang baik akan
menjelaskan gramatika secara mendalam daripada gramatika saja.
2) Jangan memberikan
contoh hanya satu kalimat saja, tetapi harus terdiri dari beberapa contoh
dengan perbedaan dan persamaan teks untuk dijadikan analisa perbandingan bagi
peserta didik.
3) Mulailah
contoh-contoh dengan sesuatu yang ada di dalam ruangan kelas/media yang telah
ada dan memungkinkan menggunakannya.
4) Mulailah
contoh-contoh tersebut dengan menggunakan kata kerja yang bisa secara langsung
dengan menggunakan gerakan anggota tubuh.
5) Ketika
mengajarkan kata sifat hendaknya menyebutkan kata-kata yang paling banyak
digunakan dan lengkap dengan pasangannya. Misalnya hitam-putih, bundar-persegi.
6) Ketika
mengajarkan huruf jar dan maknanya, sebaiknya dipilih huruf jar yang paling
banyak digunakan dan dimasukkan langsung ke dalam kalimat yang paling
sederhana. Contoh Jumlah ismiyyah: الكتاب في
الصندوق, Contoh jumlah
fi’iliyah : خرج الطاب من الفصل
7) Hendaknya tidak
memberikan contoh-contoh yang membuat peserta didik harus meraba-raba karena
tidak sesuai dengan kondisi pikiran mereka.
8) Peserta didik
diberikan motivasi yang cukup untuk berekspresi melalui tulisan, lisan bahkan
mungkin ekspresi wajah, agar meraka merasa terlibat langsung dengan proses
pengajaran yang berlangsung.
bersambung ke bagian 2 >>>
bersambung ke bagian 2 >>>
Semua pendidikan mengalami perkembangan yang dinamis termasuk Inovasi pendidikan bahasa Arab semoga inovasi ini dapat mempelajari bahasa Arab lebih mudah dan praktis
BalasHapusblognya di perbanyak artikel2 pendidikan dan info pendidikan so akan tambah tamunya
BalasHapus