INOVASI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB (bagian 2) - .
Headlines News :

PONDOK PESANTREN AL IKHLAS/MTs-SA AL IKHLAS BOYOLALI

Dawar,Manggis,Mojosongo,Boyolali,Jawa Tengah. Telp (0276)320 590 HP: 085642347610
Home » » INOVASI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB (bagian 2)

INOVASI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB (bagian 2)

Written By PONDOK PESANTREN AL IKHLAS BOYOLALI.COM on Jumat, 02 November 2012 | 07.16



C. Metode Pengajaran Bahasa Arab
Ibnu khaldun berkata, “Sesungguhnya pengajaran itu merupakan profesi yang membutuhkan pengetahuan, keterampilan, dan kecermatan karena ia sama halnya dengan pelatihan kecakapan yang memerlukan kiat, strategi dan ketelatenan, sehingga menjadi cakap dan professional.” Penerapan metode pengajaran tidak akan berjalan dengan efektif dan efisien sebagai media pengantar materi pengajaran bila penerapannya tanpa didasari dengan pengetahuan yang memadai tentang metode itu. Sehingga metode bisa saja akan menjadi penghambat jalannya proses pengajaran, bukan komponen yang menunjang pencapaian tujuan, jika tidak tepat aplikasinya. Oleh karena itu, penting sekali untuk memahami dengan baik dan benar tentang karakteristik suatu metode. Secara sederhana, metode pengajaran bahasa Arab dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu: pertama, metode tradisional/klasikal dan kedua, metode modern.
Metode pengajaran bahasa Arab tradisional adalah metode pengajaran bahasa Arab yang terfokus pada “bahasa sebagai budaya ilmu” sehingga belajar bahasa Arab berarti belajar secara mendalam tentang seluk-beluk ilmu bahasa Arab, baik aspek gramatika/sintaksis (Qowaid nahwu), morfem/morfologi (Qowaid as-sharf) ataupun sastra (adab). Metode yang berkembang dan masyhur digunakan untuk tujuan tersebut adalah Metode qowaid dan tarjamah. Metode tersebut mampu bertahan beberapa abad, bahkan sampai sekarang pesantren-pesantren di Indonesia, khususnya pesantren salafiah masih menerapkan metode tersebut. Hal ini didasarkan pada hal-hal sebagai berikut: Pertama, tujuan pengajaran bahasa arab tampaknya pada aspek budaya/ilmu, terutama nahwu dan ilmu sharaf. Kedua kemampuan ilmu nahwu dianggap sebagai syarat mutlak sebagai alat untuk memahami teks/kata bahasa Arab klasik yang tidak memakai harakat, dan tanda baca lainnya. Ketiga, bidang tersebut merupakan tradisi turun temurun, sehingga kemampuan di bidang itu memberikan “rasa percaya diri (gengsi) tersendiri di kalangan mereka”.
Metode pengajaran bahasa Arab modern adalah metode pengajaran yang berorientasi pada tujuan bahasa sebagai alat. Artinya, bahasa Arab dipandang sebagai alat komunikasi dalam kehidupan modern, sehingga inti belajar bahasa Arab adalah kemampuan untuk menggunakan bahasa tersebut secara aktif dan mampu memahami ucapan/ungkapan dalam bahasa Arab. Metode yang lazim digunakan dalam pengajarannya adalah metode langsung (tariiqah al - mubasysyarah). Munculnya metode ini didasari pada asumsi bahwa bahasa adalah sesuatu yang hidup, oleh karena itu harus dikomunikasikan dan dilatih terus sebagaimana anak kecil belajar bahasa.
1. Metode Qowa’id dan tarjamah (Tariiqatul al Qowaid Wa Tarjamah)
Penerapan metode ini lebih cocok jika tujuan pengajaran bahasa Arab adalah sebagai kebudayaan, yaitu untuk mengetahui nilai sastra yang tinggi dan untuk memiliki kemampuan kognitif yang terlatih dalam menghafal teks-teks serta memahami apa yang terkandung di dalam tulisan-tulisan atau buku-buku teks, terutama buku Arab klasik11. Ciri metode ini adalah:
Peserta didik diajarkan membaca secara detail dan mendalam tentang teks-teks atau naskah pemikiran yang ditulis oleh para tokoh dan pakar dalam berbagai bidang ilmu pada masa lalu baik berupa sya’ir, naskah (prosa), kata mutiara (alhikam), maupun kiasan-kiasan (amtsal).
a. Penghayatan yang mendalam dan rinci terhadap bacaan sehingga peserta didik memiliki perasaan koneksitas terhadap nilai sastra yang terkandung di dalam bacaan. (bahasa Arab - bahasa ibu).
b. Menitikberatkan perhatian pada kaidah gramatika (Qowa’id Nahwu/Sharaf) untuk menghafal dan memahami isi bacaan.
c. Memberikan perhatian besar terhadap kata-kata kunci dalam menerjemah, seperti bentuk kata kiasan, sinonim, dan meminta peserta didik menganalisis dengan kaidah gramatikal yang sudah diajarkannya (mampu menerjemah bahasa ibu ke dalam Bahasa Arab)
D. Pendekatan Pembelajaran Bahasa Arab
sesuai dengan tujuan di atas, pendekatan pembelajaran yang efektif mencakup empat pendekatan, yaitu pendekatan humanistik, komuni-katif, kontekstual, dan struktural.
(1) Pendekatan humanistik melihat bahwa pembelajaran bahasa Arab memerlukan keaktifan pemelajarnya, bukan pengajar. Pemelajarlah yang aktif belajar bahasa dan pengajar berfungsi sebagai motivator, dinamisator, administrator, evaluator, dsb.Pengajar harus memanfaatkan semua potensi yang dimiliki pemelajar.
(2) Pendekatan komunikatif melihat bahwa fungsi utama bahasa adalah komunikasi.Hal ini berarti materi ajar bahasa Arab harus materi yang praktis dan pragmatis, yaitu materi ajar terpakai dan dapat dikomunikasikan oleh pemelajar secara lisan maupun tulisan. Materi ajar yang tidak komunikatif akan kurang efektif dan mem-buang waktu saja.
(3) Pendekatan kontekstual melihat bahasa sebagai suatu makna yang sesuai dengan kebutuhan pemelajar dan setingnya. Di sini, rancangan materi ajar harus berdasarkan kebutuhan lembaga, kebu-tuhan pemelajar hari ini dan ke depan.
(4) Pendekatan struktural melihat bahwa pembelajaran bahasa sebagai hal yang formal. Oleh sebab itu, struktur bahasa (qawaid) harus mendapat perhatian dalam merancang materi ajar. Namun struktur harus fungsional agar komunikatif dan praktis.
Qawaid/ grammar yang tidak praktis dan tidak komunikatif dalam pembelajaran bahasa Arab telah gagal membentuk pemelajar terampil berbahasa, bukan saja bahasa Arab tetapi juga bahasa Inggris.
2. Metode langsung (al Thariiqatu al Mubaasyarah)
Penekanan pada metode ini adalah pada latihan percakapan terus-menerus antara guru dan peserta didik dengan menggunakan bahasa Arab tanpa sedikitpun menggunakan bahasa ibu, baik dalam menjelaskan makna kosa kata maupun menerjemah, (dalam hal ini dibutuhkan sebuah media). Perlu menjadi bahan revisi disini adalah bahwa dalam metode langsung, bahasa Arab menjadi bahasa pengantar dalam pengajaran dengan menekankan pada aspek penuturan yang benar ( al - Nutqu al – Shahiih), oleh karena itu dalam aplikasinya, metode ini memerlukan hal-hal berikut;
1) Materi pengajaran pada tahap awal berupa latihan oral (syafawiyah)
2) Materi dilanjutkan dengan latihan menuturkan kata-kata sederhana, baik kata benda ( isim) atau kata kerja ( fi’il) yang sering didengar oleh peserta didik.
3) Materi dilanjutkan dengan latihan penuturan kalimat sederhana dengan menggunakan kalimat yang merupakan aktifitas peserta didik sehari-hari.
4) Peserta didik diberikan kesempatan untuk berlatih dengan cara Tanya jawab dengan guru/sesamanya.
5) Materi Qiro’ah harus disertai diskusi dengan bahasa Arab, baik dalam menjelaskan makna yang terkandung di dalam bahan bacaan ataupun jabatan setiap kata dalam kalimat.
6) Materi gramatika diajarkan di sela-sela pengajaran,namun tidak secara mendetail.
7) Materi menulis diajarkan dengan latihan menulis kalimat sederhana yang telah dikenal/diajarkan pada peserta didik.
8) Selama proses pengajaran hendaknya dibantu dengan alat peraga/media yang memadai. Penutup Sebagai penutup, bahwa alur makalah ini lebih menekankan tentang pentingnya: Seorang guru (pendidik) sebaiknya memahami prinsip - prinsip dasar pengajaran bahasa Arab diatas sebagai bahasa asing dengan menggunakan metode yang memudahkan peserta didik dan tidak banyak memaksakan peserta didik ke arah kemandegan berbahasa. Adapun bagi bagi seorang siswa, bahwasanya belajar bahasa apapun, semuanya membutuhkan proses, banyak latihan dan banyak mencoba.
3. Metode eklektik (tariqah al-intiqaiyyah)
Pendekatan pembelajaran di atas memerlukan metode pembelajaran yang tepat. Plihan yang tepat adalah metode eklektik, yaitu metode gabungan yang mengambil aspek-aspek positifnya baik dari keterampilan maupun pengetahuan bahasa, sehingga mencapai tujuaan dan hasil pembelajaran yang maksimal. Metode eklektif dimaksud mencakup metode percakapan,membaca, latihan, dan tugas.
Adapun rancangan materi ajar dan desainnya adalah sebagai berikut:
1. Materi Ajar Bahasa Arab
Jika kita amati suatu materi ajar bahasa terdiri atas (1) topik materi ajar dan (2) desainnya yang menggambarkan kegiatan pembelajarannya.
Topik materi ajar bahasa Arab yang efektif adalah topik-topik yang komunikatif dan kontekstual tentang tema keseharian, keagamaan, iptek, dan kebudayaan.
2. Desainya pembelajarannya mencakup :
(1) Keterampilan Mendengar dan Berbicara (Istima’-Kalam)
(a) Teks Percakapan yang komunikatif dan kontekstual
(b) Mufradat
(c) Tadribat (Pelatihan)
- Ajril Hiwar kama fil mitsal (Percakapkanlah sbg. contoh)
- Hawwil kama fil mitsal (Rubahlah sbg. contoh)
- Baddil kama fil mitsal (gantilah sbg. contoh)
(d) Al’ab lughowiyah (permainan bahasa)
(e) Wajib (Tugas)
(2) Keterampilan Membaca dan Menulis (Qira’ah-Kitabah)
(a) Teks bacaan yang komunikatif, pragmatik, dan kontekstual
(b) Mufradat
(c) Contoh-contoh teks yang struktural, komunikatif, dan kontekstual
(d) Penjelasan dan kesimpulan (oleh pemelajar atau pengajar)
(e) Latihan Membaca
- Bacalah dengan membunyikan semua baris akhirnya
- Terjemahkan teks bacaan ke dalam bahasa Indonesia standar
- Sebutkan jenis kata yang diberi garis bawah
- Jelaskan terjadinya perubahan baris akhir pada kata yang diberi garis bawah
- Jelaskan i’rab kata-kata yang diberi garis bawah dan alasannya (setelah pemelajar mempelajari sejumlah materi ajar yang mengantarnya ke arah ini)
(f) Wajib (Tugas)
E. Pelaksanaan Pembelajaran
Untuk mencapai hasil belajar bahasa Arab yang efektif dan maksimal, lembaga-lembaga pendidikan harus melakukan dua kegiatan, (1) pembelajaran,learning, dan (2) pemerolehan bahasa, langguage acquisition. Pembelajaran membentuk keterampilan berbahasa secara formal, sedangkan pemerolehan membentuk pemakaian bahasa secara non formal. Kedua cara ini menuntut pengajar dan petugas untuk mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang bermutu, yaitu pembelajaran yang terukur dan terkontrol serta adanya komitmen dari semua komponen terkait.
Minat dan motivasi pemelajar/mahasiswa akan tumbuh jika materi ajar didesai dengan baik dan tenaga pengajarnya profesional. Tenaga pe-ngajar tidak boleh mengajar sebelum ada pembelakalan yang diinginkan oleh komitmen lembaga. Sebab keterampilan mahasiswa dalam berba-hasa dan berpengetahuan bahasa berhubungan dengan keterampilan tenaga penga-jarnya.
Cara seperti inilah yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pengajaran bahasa yang ingin membentuk outcome-nya bermutu dan mempunyai ciri yang tampil beda dari yang lainnya.
bersambung ke bagian 3 >>
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

VISI DAN MISI

Mts- SA Al-Ikhlas Dawar Boyolali
VISI: Menjadikan Santriwan dan Santriwati sebagai Generasi Penerus dan Perjuangan dalam menegakkan Agama Islam serta menciptakan santri yang siap terjun ke masyarakat, dan berjuang di Jalan ALLAH SWT. MISI: 1. Menyediakan dan menciptakan generasi penerus dalam memperjuangkan Agama dan bangsa serta negara. 2. Menciptakan para pemuda dan pemudi yang beragama serta bertaqwa. 3. Menciptakan lulusan / alumni pesantren yang siap bersosialisasi langsung dengan masyarakat. 4. Menciptakan para santri yang beriman,taqwa,dan berbudi luhur.

Agungkan AsmaNya

Popular Posts

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. . - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template